Putus asa..
Putus asa..
Berulang-ulang di otakku terekam kata-kata "Putus Asa"
Putus asa..
Putus asa..
Sampai hilang arti antara kata "Putus" dan "Asa"
Nyawaku sudah melayang, melewati lapisan kulit paling luar.
Namun aku masih hidup.
Masih bisa melihat lenganku.
Bagian tangan, yang tak bisa meraih apa-apa.
Lemah.
Lesu sudah rasanya. Untuk mengepal saja menyakitkan.
Antara otot dan otot tidak ada rasa bersatunya.
Semua menolak untuk bekerja sama.
Lalu mataku kembali layu, setelah lama menatap langit-langit ruangan ini.
Mati.
Itu pasti, tapi akankah saat ini?
Aku sudah menyerah.
Putus asa.
Di sisi lain tubuhku, ingin bangkit dari keterpurukan.
"Omong kosong!"
"Bahkan yang kamu lakukan hanya mengeluh."
Itu kataku. Aku yang lain. Yang lebih suka kalau aku mati.
Lalu cahaya itu datang.
Ya, aku melihat cahaya. Saat memenjamkan mata.
"Mati."
Hanya itu yang ada pikiranku.
Ternyata salah.
Itu cahaya yang seharusnya menyadarkanku.
Seharusnya.
Aku mengabaikannya.
Tetap menikmati kelesuan ini.
Yang akan berujung entah kapan, aku tak mau tahu.
Putus asa..
Sampai sekitar 27 detik penuh rasa lelah itu.
Aku merasakan putus asa.
Tapi detik ke 28 adalah waktu ku bangkit.
Terserah jika diriku yang lain ingin mati.
Aku tidak mau peduli.
terasa jujur:)
BalasHapus