Desember 14, 2019

Selubung.

Kita tersadar dalam keadaan bangun, tapi tak sadar kepercayaan mulai menurun. Setiap lawan bicara dijadikan orang tak dikenal, padahal sahabat lama, padahal pernah dipercaya. Sudah tidak lagi mengenal ampun, yang suka bualan atau yang sudah mapan, semua diperlakukan sama. Bukan untuk terlihat setara, hanya sudah sulit percaya.

Suatu saat di dalam dada akan merebak, terdesak karena terlalu sesak, yang masak-masak sudah kembali terbelalak, lupa kenapa dulu sempat marak.

Salah kita untuk tidak saling bicara, salah logika yang takut untuk membaginya, atau salah hati yang sepakat untuk tidak bisa menerima.
Semua jadi salah, salah kata-kata karena terpilih untuk sulit dicerna, atau salah suara karena merambat untuk ditolak oleh telinga.
Semua jadi salah, bahkan kehidupan yang ternyata dibunuh oleh kematian, atau kematian yang ternyata lahir dari kehidupan.

Semua dirundingkan, didiskusikan masing-masing bersama otak dan hati, sendiri, sampai nanti menjadi asumsi yang membentuk pemikiran beracun. Menjadi racun yang hanya bisa dikonsumsi pribadi, dimuntahkan dan ditenggak berulang kali, repetisi menjadi remedi tanpa evaluasi.
Tidak dibagi kepada siapapun, karena kita tahu bagaimana reaksi mereka, ralat, karena reaksi mereka dalam asumsi kita akan menghancurkan suasana yang sudah dibentuk di dalam hati.

Dipendam, hingga menjadi luka, luka karena tidak bisa bercengkrama.

0 komentar:

Posting Komentar