Ingin berteriak, namun sudah terlalu buas adrenalin yang aku tahan sedari dulu.
Nantinya hanya akan menjadi perusak suasana, pengganggu ketenangan orang lain.
Namun, sedari dulu aku tidak pernah memiliki percakapan.
Apalagi dengan dia yang aku suka, rasanya begitu hampa.
Aku ingin menyapanya, tapi ia bersama teman-temannya.
Sungguh lelaki macam apa aku ini.
Aku lebih memilih bersendiri dibanding membuang waktu untuk hal yang dinamakan keberanian berbicara.
Tapi, lihat lagi yang aku dapat sekarang, aku sendirian, ingin mengatakan, betapa sakitnya hati ini memendam rasa, tapi kepada siapa? Aku sendiri lebih senang untuk sendiri.
Bodoh. Bodoh. Bodoh.
Katakan itu sekali lagi. Maka kau butuh penghargaan untuk mengatakan yang sebenarnya dari sifat asliku.
Aku hanya ingin berbicara, tanpa memulai pembicaraan. Tapi siapa yang terlalu peka untuk itu?
Hey, Bodoh. Dia itu manusia, bukan putri malu, yang sekali pegang langsung layu, yang memiliki peka yang amat sangat terhadap sentuhan.
Bahkan kau tidak melakukan "sentuhan" apapun kepadanya, kau pikir siapa dia? Manusia super?
Begitulah kata hati dan otakku yang malam ini memiliki pendapat yang sama dengan kondisiku hari ini.
Februari 15, 2017
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar